Thursday, 25 February 2010

Bahagia dengan Berbuat Baik

Berbuat baik kepada orang lain ternyata memiliki nilai lebih besar dalam menyumbang kebahagiaan seseorang. Jauh lebih tinggi daripada sekedar banyak harta, banyak pujian dan jabatan yang tinggi. Inilah hasil riset peneliti dari Universitas Rochester, Amerika Serikat.

Mereka telah meneliti 147 orang alumni dari dua perguruan tinggi. Para mahasiswa itu dinilai segi kepuasan hidup mereka, harga diri, perasaan khawatir, tanda-tanda adanya perasaan tertekan (stress) pada raga, serta pengalaman kejiwaan yang baik dan buruk. Penelitian dilakukan dua kali, yakni tahun pertama dan kedua setelah kelulusan.

Para peneliti mengelompokkan pertanyaan menjadi dua bagian. Pertama, yang berhubungan dengan persahabatan yang erat dan langgeng, serta sikap menolong memperbaiki hidup orang lain. Bagian ini disebut aspirasi intrinsik atau cita-cita yang bersumber dari dalam diri. Pengelompokan kedua berkaitan dengan keinginan menjadi seorang yang kaya dan mendapatkan pujian. Bagian terakhir ini digolongkan ke dalam aspirasi ekstrinsik,, yakni cita-cita yang bersumber dari luar. Para peserta diminta menilai kedua jenis cita-cita tersebut. Mereka juga melaporkan sejauh mana mereka telah meraih tujuan itu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cita-cita intrinsik lebih membuat orang bahagia daripada ekstrinsik. Dengan mencapai tujuan instrinsik, mereka telah memenuhi kebutuhan dasar kejiwaan. Artinya, menjadi sukses dan kaya, di satu siisi ternyata tak banyak membawa kebahagiaan dan tidak memberikan kepuasan hati. Bahkan usaha menggapai ’kenikmatan duniawi’ ini dapat menimbulkan rasa malu, marah, gelisah, sampai gangguan raga seperti sakit kepala, sakit perut, dan kehilangan tenaga.

Pencapaian tujuan hidup intrinsik berdampak lebih baik bagi kesehatan jiwa. Sedangkan pencapaian cita-cita ekstrinsik merupakan pertanda terjangkiti penyakit kejiwaan atau adanya ketidakbahagiaan.

Cita-cita intrinsik yang berupa hubungan antar manusia yang dilandasi cinta kasih dan kepedulian, serta dimilikinya keahlian dan keterampilan melalui perjuangan berat, memiliki manfaat yang terasa langgeng. Sebaliknya cita-cita ekstrinsik berupa menumpuk harta dan pujian, dirasakan cepat memudar dan segera terlupakan.

Orang-orang yang memiliki tujuan hidup intrinsik, yakni menaruh perhatian pada berkembangnya pribadi, eratnya hubungan antar manusia, keterlibatan dalam kegiatan masyarakat, dan kesehatan raga, lebih merasakan adanya kesejahteraan, prasangka baik terhadap diri mereka sendiri, pertalian yang lebih erat dengan sesama, dan lebih sedikit memiliki tanda-tanda stress pada tubuh mereka.

Dunia dan isinya bukanlah sesuatu yang kekal. Manusia hendaknya lebih mengutamakan amal baik karena inilah yang telah terbukti secara ilmiah dapat memberikan kebahagiaan dalam hidup, sebagaimana pula diperintahkan Pencipta.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an :
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air, hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (QS Al Kahfi 18 : 45-46)

Dikutip dari :
Majalah Ar-Risalah Edisi 104 Vol IX No. 8 Safar-Rabiul Awal 1431 H / Februari 2010
Readmore »»

Monday, 15 February 2010

Wahai Penuntut Ilmu

Bagi kita yang telah menjadikan menuntut ilmu sebagai sebuah pilihan hidup, apakah itu sekolah, kuliah, maupun bentuk pendidikan yang lainnya, menuntut ilmu telah menjadi bagian dari kehidupan ini. Entah berapa banyak di antara kita yang memilihnya sebagai sebuah kebutuhan. Berapa banyak pula di antara kita yang memilihnya sebagai sebuah rutinitas hidup. Atau berapa banyak di antara kita yang memilihnya sebagai sebuah panggilan hati. Hingga kita pun menjalaninya sesuai dengan tujuan kita masing-masing.

Sejatinya sebagai seorang penuntut ilmu kita harus memahami hakikat sesungguhnya dari menuntut ilmu. Banyak di antara kita yang memahami menuntut ilmu hanya sebatas untuk memperoleh nilai, gelar, status, kedudukan atau sebagai penunjang penghidupan yang layak. Pada akhirnya, aktivitas menuntut ilmu yang kita lakukan hanya sebatas untuk hal itu. Padahal sesungguhnya, hakikat menuntut ilmu itu selaras dengan fitrah manusia yang memiliki nilai yang begitu tinggi dibandingkan dengan hal-hal yang selama ini diinginkan oleh kebanyakan manusia dalam menuntut ilmu.


Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang terbaik di antara makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Manusia dikaruniai oleh Allah tiga hal yang tidak dimiliki sepenuhnya oleh makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Tiga hal tersebut adalah akal, hati dan nafsu yang dikaruniakan sejalan dengan tujuan penciptaan manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

Dengan demikian, manusia dalam menggunakan ketiga karunia Allah tersebut untuk mengembangkan kehidupannya maka ilmu menjadi sebuah hal yang penting. Sebagai makhluk berakal manusia mempunyai kebutuhan terhadap ilmu. Dalam setiap aktivitasnya tentunya manusia harus memiliki ilmu dalam menjalaninya. Tanpa ilmu niscaya aktivitas-aktivitas itu tidak akan berjalan dengan baik dan akan menimbulkan masalah.

Lebih daripada itu, ilmu dibutuhkan manusia untuk memahami hakikat keberadaannya di dunia ini. Hal itu sesungguhnya merupakan hal yang paling esensial bagi kehidupan manusia. Hanya dengan memahami hakikat keberadaan kita di dunia maka tujuan hidup akan tercapai dan kebahagian hakiki yaitu keselamatan di dunia dan akhirat dapat diraih. Hakikat keberadaan manusia mustahil dipahami apabila tidak dengan ilmu.

Hakikat keberadaan manusia di muka bumi ini adalah sebagai hamba dan khalifahnya. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembah dan mengabdi kepada Allah, untuk menjadi wakil Allah memelihara dan memakmurkan bumi ini. Inilah fitrah manusia dan manusia akan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Untuk menjalani fitrah ini, manusia diberikan petunjuk oleh Allah, itulah Al Qur’an. Dalam Al Qur’an ada petunjuk untuk mengenal Allah, bagaimana menyembah Allah, perintah dan larangan untuk manusia serta berbagai petunjuk dalam menjalani hidupnya yang pada intinya adalah bagaimana manusia itu dapat menjalani fitrahnya sebagai hamba dan khalifah Allah sehingga manusia dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, hendaknya setiap dari diri kita, para penuntut ilmu yang telah memilih jalan ini, dalam menuntut ilmu dilakukan sesuai dengan hakikat menuntut ilmu yang sejalan dengan fitrah kita. Dengan cara inilah kita akan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan hidup yang didambakan oleh setiap manusia. Hal itupun dapat dicapai apabila kita menuntut ilmu dengan menggunakan tiga hal yang telah dikaruniakan oleh Allah, akal, hati dan nafsu dan hatilah yang menjadi pengontrol dan penyeimbang akal dan nafsu.

Betapa banyak fenomena yang terjadi adalah aktifitas menuntut ilmu selama ini telah banyak mengalami penyimpangan dari hakikatnya. Ketika aktifitas menuntut ilmu hanya berdasarkan akal dan nafsu semata tanpa dikontrol oleh hati maka menuntut ilmu hanya dilakukan untuk tujuan-tujuan yang sifatnya duniawi seperti untuk gelar, kedudukan, harta yang pada akhirnya manusia-manusia yang menuntut ilmu dengan cara seperti itu hanya akan mendapatkan sesuatu yang semu sebagaimana dunia ini bersifat fatamorgana belaka. Betapa banyak pula kemudian manusia-manusia ini tidak memperoleh kebahagiaan hidup yang sebenarnya baik itu di dunia apalagi akhirnya memperoleh kesengsaraan di akhirat.

Readmore »»

Tuesday, 2 February 2010

Tumbuh dan Berkembang di Atas Batu

Pernahkah Anda melihat dan mengamati akar pohon beringin (ficus). Lihatlah bagaimana bentuk dan penjalaran akar beringin. Akar beringin selalu menyesuaikan dengan bentuk dan ukuran batang dan bentuk cabangnya. Bila cabang menjulur condong ke selatan, maka akar beingin akar ikut tumbuh ke selatan. Selain itu, bentuk dan arah akar beringin berfungsi untuk menopang berat pohon bagian atas. Cengkaraman akar yang menonjol di permukaan tanah ini bukti kuat bahwa pohon beringin akan kokoh menghadapi tantangan lingkungan yang akan bisa menumbangkannya.

Hampir semua orang mengatakan, beringin mampu tumbuh di atas batu. Batu yang keras atau bukit berbatu malah menjadi tempat yang nyaman bagi beringin untuk tumbuh. Sungguh menakjubkan karena batu sama sekali bukan tempat yang cocok bagi hampir semua makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang biak.

Rahasia mengapa pohon beringin dapat tumbuh di atas batu adalah kemampuan akarnya mencengkram, menelusup, melunakkan dan menjadikan batu menjadi tanah. Batu yang dianggap sebagai penghambat tumbuhnya pohon, bagi beringin merupakan tantangan untuk bisa bertahan dan berkembang. Maka lihatlah betapa menakjubkan bentuk akar beringin yang menjalar dan menembus batu. Akar beringin mencari air dengan menembus celah-celah batu hingga bisa menembus bagian luar batu.

Bukit batu yang tadinya tampak gersang dan kering kerontang mulai menghijau. Lambat laun air mulai menetes dari celah-celah batu dan lumut pun mulai tumbuh. Beringin dengan akarnya yang khas telah menjadikan kawasan gunung berbatu sebagai kawasan sumber air. Luar biasa.

Sahabat, beringin mengajarkan pada manusia untuk tidak menyerah pada lingkungan yang keras, terbatas bahkan menyakitkan. Sekecil apapun peluang, modal dan penyokong hidup yang kita miliki harusnya menjadi pemicu untuk tetap tumbuh. Celah-celah kecil peluang yang ada harus kita manfaatkan sehingga mampu menembus kokohnya halangan atau rintangan hidup.

Namun, bila kesuksesan mulai berkembang dan menjulang, jangan melupakan pijakan dan cengkraman diri agar tidak tumbang oleh tantangan luar. Sebab makin membesar dan menjulang prestasi serta karir kita, terpaan ujian akan maikin keras. Maka sesuaikan berkembangnya kesuksesan kita dengan pondasi dan cengkraman iman yang juga kuat.

Maka keindahan bentuk pondasi hidup yang menjalar dan mencengkram kuat di “batu” d kita akan meneteskan manfaat berupa kejernihan “air” dan kesegaran “udara” manfaat bagi banyak orang.

By
Achmad Siddik Thoha
siddikthoha@yahoo.com
Group Facebook Komunitas Bisa
Readmore »»

Demi Masa

Detik-Detik Berharga

Pesan Pejuang Kehidupan

Assalamualaikum. Ahlan Wa Sahlan di Blog Catatan Pejuang Kehidupan. Silahkan Beri Kesan & Pesan. Terima Kasih Atas Kunjungannya

Buku Tamu

Blog Statistic

Follower Blog

Pengunjung Blog