Thursday, 30 September 2010

Untuk Kita Renungkan : Keseharian Muslim

Saudaraku....
Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagian dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka kami sampaikan risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini kehadapan anda untuk direnungkan dan di jawab dengan perbuatan.

Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat kehadapan anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya kita bisa mengambil mannfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.

Saudaraku...

Risalah ini dinukilkan dari buku saku yang sangat bagus dan menawan yaitu Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasnya dengan pahala dan surganya.


Kehidupan Sehari-hari Yang Islami :
1. Apakah anda selalu shalat Fajar berjama'ah di masjid setiap hari .?
2. Apakah anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid .?
3. Apakah anda hari ini membaca Al-Qur'an .?
4. Apakah anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib .?
5. Apakah anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib .?
6. Apakah anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang anda baca .?
7. Apakah anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur .?
8. Apakah anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya .?
9. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan anda ke dalam Surga .? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata :"Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".
10. Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali .? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata :"Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya :"Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata :"Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata :"Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).
11. Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .?
12. Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik .?
13. Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau .?
14. Apakah anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
15. Apakah anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari .?
16. Apakah anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pen) .?
17. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid .? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya :"Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).
18. Apakah anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati anda atas agama-Nya. ?
Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab .?
19. Apakah anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama .? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar, pent).
20. Apakah anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah .? Karena setiap mendo'akan mereka anda akan mendapat kebajikan pula.
21. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya, pent) atas nikmat Islam .?
22. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya .?
23. Apakah anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya .?
24. Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja .?
25. Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri .?
26. Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
27. Apakah anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda .?
28. Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua .?
29. Apakah anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah .?
30. Apakah anda hari ini mengucapkan do'a ini : " Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).
31. Apakah anda berbuat baik kepada tetangga .?
32. Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki .?
33. Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya .?
34. Apakah anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian .?
35. Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan .?

Saudaraku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, inysa Allah.

diambil dari: milis assunnah, message ke-277; posting dari Saudara Yayat Ruhiyat.

Readmore »»

Sunday, 26 September 2010

Urgensi Waktu dan Muhasabah



Al-Waqtu Huwa al-Hayah

Ada sebuah kata hikmah yang singkat namun sarat terhadap makna hidup yang sangat luas dan mendalam, yang terdiri dari 3 (tiga) suku kata arab, namun sangat representatif untuk menggambarkan arti pentingnya waktu bagi kehidupan manusia, yaitu ungkapan 'al-waqtu huwa al-hayah (waktu adalah kehidupan)'. Sekali lagi, yaitu 'waktu adalah kehidupan.' Yang dimaksud dengan kehidupan adalah, waktu yang dilalui manusia saat ia dilahirkan hingga ia wafat. Dengan definisi kehidupan seperti di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa, seseorang yang membiarkan waktunya berlalu sia-sia, dan lenyap begitu saja, sama artinya ia dengan sengaja atau tidak sengaja- telah melenyapkan sisa-sisa masa kehidupannya. Al-Hasan al-Bashri berkata,

“Wahai Bani Adam (manusia), sesungguhnya anda hanyalah kumpulan hari-hari, maka jika hari telah berlalu berarti telah berlalu sebagian dirimu.”

Sekali bahwa ketika kita menyia-nyiakan dan membuang waktu kita tanpa hal yang berarti untuk agama dan kemaslahatan umat, maka ketika itu juga sesungguhnya kita telah membunuh diri kita sendiri. Betapa waktu itu sangat berharga dan jangan biarkan ia berlalu begitu saja.

Allah Subhanahu wa Ta'ala Bersumpah dengan Waktu dan Bagiannya

Begitu pentingnya waktu bagi kehidupan manusia, sampai-sampai Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah di banyak tempat dalam al-Qur`an al-Karim, dengan waktu dan bagian-bagiannya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala, jika ia bersumpah dengan sesuatu, maka dengan sumpahnya itu, dengan sesuatu tersebut dimaksudkan untuk memalingkan atau mengalihkan pandangan kita kepada arti pentingnya hal tersebut sampai kita bertafakkur (berfikir) di dalam setiap bagian waktu seluruhnya, ketika fajar, ketika dhuha, ketika malam, dan ketika siang dll, seperti Ulil Albab di dalam firman-Nya :

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (QS. 3:190); (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):"Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. 3:191)


Instrokpesi Diri

Maka sudah selazimnya menjadi kewajiban bagi seorang muslim terhadap dirinya untuk melakukan muhasabah an-nafsi 'intropeksi diri', yaitu menghitung-hitung dirinya atas tahun dan hari-hari yang telah ia lalui. Apa yang telah ia perbuat semasa itu, dan keuntungan apa yang peroleh, kerugian apa yang ia derita. Seperti apa yang dilakukan oleh seorang bisnisman yang menginginkan kesuksesan dengan modalnya pada setiap tahunnya, ia menghitung-hitung kembali perdagangannya, berapa modal yang telah ia keluarkan, berapa pemasukannya, di mana ia mengalami kerugian dan apa masalahnya, dan di mana keuntungannya, berapa besar keuntungannya dari pada kerugiannya, ketika kerugiannya lebih besar dari pada keuntungannya maka ia menjadi sangat menyesal sekali dan mengalami kesedihan yang luar biasa, dan sebaiknya ketika keuntungannya lebih besar dari pada kerugiannya maka ia merasa senang dan bergembira sekali, untuk selanjutnya ia melakukan kalkulasi bisnisnya kembali, memenag dan membuat schedule untuk tahun berikutnya. Yang demikian itu pada amrun dunyawi (urusan duniawi), begitu ihtimaam (concern)nya dan sangat telitinya ia dalam urusan dunia ini. Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan anda tidak akan dianiaya sedikitpun." (QS. An-Nisaa:77).

Nabi Musa berkata di dalam al-Qur`an :

"Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara, sesungguhnya akhirat itulah kesenangan yang kekal." (QS.40 : 39)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh," (QS. 4:78)

Karena itu muhasabatunnafsi merupakan suatu keharusan, seandainya tidak sanggup setiap hari untuk instropeksi/menghitungkan dirinya hendaklah dilakukan pada setiap pekan, maka kalaupun setiap pekan ia masih juga tak dapat melakukannya, maka hendaklah setiap bulan, dan kalau tidak bisa juga maka hendaklah ia melakukan instropeksi diri pada setiap tahun.

Ulama dan Waktu

Para salafus soleh meninggalkan banyak pelajaran berharga dalam menghargai waktu.. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari (223H-310H) sepanjang hidupnya tercatat telah mengumpulkan 358 ribu halaman dari berbagai karangannya. Jika kita perkirakan masa kanak-kanak beliau sebelum baligh 14 tahun, maka dapat disimpulkan beliau menulis 14 halaman setiap harinya. Begitu perhatiannya beliau dengan waktu, sampai-sampai ketika kurang lebih sejam sebelum kematiannya beliau masih menyempatkan diri menulis suatu do`a yang baru ia dengar dari Ja`far bin Muhammad.

Begitu pula dengan Imam Ibnu al-Qayyim yang tidak rela kehilangan waktunya karena safar (suatu perjalanan), sehingga selama safarnya beliau mengisinya dengan menulis sehingga menghasilkan karya Zaadul Ma`aad.

Imam Nawawi yang tidur dengan bersandarkan sebuah buku yang ditegakkan pada dagunya, begitu buku itu terjatuh maka beliau terjaga dan kembali menggoreskan tintanya.

Majduddin Abu al-Barakat `Abdussalam, kakek dari Imam Ibnu Taimiyah, tiap kali masuk ke kakus, beliau memerintahkan anaknya (orang tua Imam Ibnu Taimiyah) untuk membacakan suatu kitab dengan suara keras, hingga terdengar olehnya. Tak aneh jika sikap sang kakek ini tertular kepada cucunya..

Suatu ketika Imam Ibnu Taimiyah jatuh sakit, dokter menyarankan agar beliau untuk sementara waktu menghentikan dulu kegiatan belajar mengajarnya karena hal itu dikhawatirkan dapat memperparah kondisinya. Berkata Imam Ibnu Taimiyah kepada dokternya, "bukankah jika jiwa yang bahagia dan gembira dapat memperkuat daya tahan tubuh", sang dokter membenarkannya. "Maka sesungguhnya jiwaku merasa tenang jika berinteraksi dengan ilmu, dan tubuhku terasa kuat dan hanya dengan itu saya dapat beristirahat."

Optimalkan Amal

Waktu hidup manusia di dunia adalah umurnya, dan umur manusia merupakan rahasia Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kualitas umur seseorang sangat menentukan posisinya di alam kehidupan berikutnya. Jika dari waktunya diperuntukkan hanya karena Allah (lillah) maka kematiannya adalah baik baginya. Namun sebaliknya jika waktu dan umurnya dihabiskan untuk menuruti kesenangan nafsu dan dan ambisi syahwat hewaninya maka kematiannya merupakan petaka besar baginya. Al-Hasan al-Bashri berkata,

"Wahai Bani Adam (manusia), sesungguhnya anda hanyalah kumpulan hari-hari, maka jika hari telah berlalu berarti telah berlalu sebagian dirimu."

Ibnu Mas`ud Radhiyallahu 'Anhu (salah seorang sahabat besar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam) berkata:

"Tidak ada yang lebih aku sesali, kecuali bila matahari telah terbenam maka berkuranglah masa ajalku, namun tidak bertambah sedikitpun amalanku."

Berkata Khalifah Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah,

"Sesungguhnya malam dan siang terus bekerja dalam dirimu, maka bekarjalah di dalam siang dan malammu."

Bekerjalah pada siang dan malammu, janganlah mengakhirkan pekerjaan siang untuk dikerjakan di malam harinya, dan janganlah mengakhirkan pekerjaan malam ke siang harinya. Janganlah pekerjaan hari ini di akhirkankan hingga esok harinya dan janganlah pekerjaan esok karena malas diakhirkan hingga lusanya. Jangan katakan, "Nanti akan kuamalkan, sebentar lagi akan kukerjakan." Karena setiap manusia akan ditanya pada hari kiamat, mengenai umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang ilmunya sudahkah ia amalkan, dan tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa ia belanjakan ?. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa sallam:

"Tidak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari Kimat hingga (ia) ditanya ttentang umurnya, untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya, sudahkan ia amalkan ? tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan untuk apa ia belanjakan ? tentang jasadnya, untuk apa ia gunakan ? "(HR. At-Tirmidzi)

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

"Demi masa. (QS. 103:1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (QS. 103:2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. 103:3)"

Sungguh terbukti kebenaran ucapan Imam Syafi`i mengenai firman Allah Subhanahu wa Ta'ala ini, bahwa seandainya (al-Qur`an) tidak diturunkan kecuali (hanya) surat (al-Ashr) ini, maka hal itu sudah cukup memadai bagi manusia sekalian.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan taufik, hidayah dan keberkahan-Nya dalam hidup dan umur kita. Amiin.
(HSR. Muslim I:149 atau Syarah Shahih Muslim no.246).

.. Hendaklah seseorang melihat kepada siapa ia mengambil ilmu, carilah guru yang berakidah dan bermanhaj sebagaimana para sahabat, memegang teguh sunnah Rosululloh shollAllahu˜alaihi wa sallam, jauh dari hawa nafsu, lepas dari kebidahan dan memiliki cara mengajar yang baik..

Sumber : Milis Assunnah Qatar

Readmore »»

Wednesday, 8 September 2010

Ramadhan dan Harapan


Setelah sekian lama untuk kesekian kalinya vakum menulis dan nge blog, di penghujung bulan Ramadhan ini, akhirnya kembali dapat kesempatan untuk membuat tulisan. Semoga tulisan ini bisa menjadi awal yang baik untuk memotivasi saya kembali aktif membuat tulisan. Tulisan saya kali ini berjudul “Ramadhan dan Harapan”.

Bagi umat Islam, bulan Ramadhan merupakan bulan yang dinanti-nanti kedatangannya. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang dijadikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai bulan yang paling mulia dan memiliki banyak keutamaan yang membuat setiap muslim senantiasa mengharapkan untuk dipertemukan dengan bulan ini. Setiap bulan Ramadhan itu datang, memberikan warna dan pesona tersendiri dalam kehidupan yang kita jalani selama setahun. Hal yang paling terasa tentunya ada pada suasana religius dan spiritual. Hari-hari di bulan Ramadhan diisi dengan berbagai macam ibadah yang secara kuantitas maupun kualitas memiliki nilai yang lebih tinggi daripada bulan-bulan lainnya. Siangnya dijalani dengan ibadah puasa dan malamnya diisi dengan shalat malam (qiyamul lail) serta berbagai macam amal ibadah lainnya. Tidak hanya dari aspek spiritual tapi hampir di setiap aspek kehidupan, Ramadhan memberikan pesona tersendiri. Misalnya dari aspek sosial, suasana kebersamaan itu pun semakin terasa pada saat buka puasa tiba. Hal itu juga terasa ketika kita yang memiliki kelebihan harta bersedekah kepada orang-orang yang kekurangan, pemandangan yang juga kita sering jumpai di bulan Ramadhan.

Kedatangan bulan Ramadhan selalu memberikan harapan bagi orang-orang yang menantikannya. Setiap orang masing-masing memiliki harapan tersendiri akan bulan Ramadhan. Maka setiap orang akan menjalani bulan Ramadhan sesuai dengan harapannya masing-masing akan bulan Ramadhan. Anak-anak sorak sorai bergembira, bisa bermain bersama teman-teman dengan riang di mesjid. Dalam keluarga kebersamaan itu semakin terasa ketika sahur dan berbuka bersama. Begitu pula di masyarakat, ketika shalat tarawih bersama di mesjid-mesjid. Umat Islam, ramai-ramai memperbanyak ibadah, setiap mesjid hampir semuanya dipenuhi jamaah. Pengurus mesjid berusaha melaksanakan tanggung jawabnya memberikan pelayanan maksimal kepada para jamaah. Dakwah islamiyah dari para ulama dan da’i menjadi penyejuk dan penyegar serta penawar dahaga rohani yang haus dan kering selama ini. Kaum dhuafa pun turut bergembira karena saat inilah orang-orang yang punya kelebihan harta lebih banyak yang menyedekahkan hartanya untuk mereka. Suatu hal yang juga menarik di bulan Ramadhan ini adalah aktifitas ekonomi masyarakat yang meningkat, membanjirnya pedagang musiman dan meningkatnya pengeluaran belanja dari masyarakat.

Akan tetapi jika kita mencoba mencermati bahwa Allah dalam menurunkan perintah berpuasa di bulan Ramadhan memberikan sebuah harapan. Hal ini dapat kita lihat di penghujung surah Al Baqarah ayat 183, “agar kamu bertaqwa”. Sinyal-sinyal harapan dari Allah ini hanya dapat ditangkap dan diterima oleh hati manusia sebagai receiver yang di dalamnya terdapat software keimanan yang berfungsi dengan baik sebagaimana dalam ayat yang sama yang diseru oleh Allah untuk menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan adalah orang-orang yang beriman. Taqwa merupakan buah dari keimanan yang senantiasa dipupuk dengan ilmu dan amal shalih yang senantiasa disuplai dengan rasa cinta, rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Hal ini menempatkan orang-orang yang bertaqwa sebagai golongan orang-orang yang termulia di sisi Allah. Dengan demikian, pribadi mukmin yang lahir dari keislaman yang sempurna akan senantiasa mengharapkan untuk dapat mencapai predikat taqwa ini dalam setiap langkah kehidupan yang dijalaninya khususnya melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan.



Melihat fenomena yang terjadi pada bulan Ramadhan, ada begitu banyak harapan dan begitu beragam cara kita dalam menjalani bulan Ramadhan ini, saya kembali teringat dengan sebuah hadits, hadits pertama dari kumpulan Hadits Arbain karya Imam Nawawi : Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu) dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya)” (HR Bukhari). Setiap orang akan mendapatkan hasil dari amal perbuatannya dari niatnya sedangkan niat itu sendiri muncul dari pengharapan. Kita bisa mengambil beberapa contoh sederhana, dari beberapa orang kaya yang bersedekah di bulan Ramadhan misalnya ada diantaranya menyumbang di mesjid kemudian dengan ekspresi wajah menuntut kepada panitia mesjid untuk namanya wajib diumumkan sebagai penyumbang, pakai speaker luar supaya semua masyarakat bisa mengetahuinya, tapi ada juga yang tidak ingin disebutkan namanya dan mengatasnamakan sebagai hamba Allah. Sebuah contoh lagi, diantara para da’i yang diundang membawakan ceramah di mesjid misalnya ada yang orientasinya hanya untuk mengumpulkan amplop.

Setiap orang akan memperoleh hasil dari ibadah puasa yang dijalaninya di bulan Ramadhan. Boleh jadi anak-anak bisa bergembira bermain di mesjid, orang-orang kaya akan semakin terkenal dan terpuji di masyarakat, para dai juga semakin terkenal dan banyak memperoleh penghasilan tambahan, banyak pujian bagi orang-orang yang jadi rajin beribadah, kaum dhuafa banyak mendapatkan sumbangan, para pedagang mendapatkan keuntungan yang besar. Akan tetapi siapakah di antara kita yang betul-betul memperoleh keutamaan bulan Ramadhan?

Bagi seorang mukmin, momentum bulan suci Ramadhan memberikan sebuah harapan akan betapa rahmat Allah itu Maha Luas. Sejatinya harapan ini muncul bukan hanya sesaat dengan datangnya bulan Ramadhan saja tapi itu terbentuk dari perjalanan kehidupan seorang muslim. Perjalanan itu ibarat sebuah aliran sungai yang berhulu dari pribadi hamba dengan rasa cinta, takut dan harap kepada Allah kemudian berakhir dan bermuara pada pribadi taqwa. Dari harapan inilah muncul tekad yang kuat sehingga menjadi dorongan untuk berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan ibadah puasa itu.

Momentum Ramadhan merefleksikan perjalanan hidup manusia di dunia dan seakan menjadi miniatur kehidupan. Setidaknya ada beberapa hal yang merefleksikan hal tersebut yang menjadi bahan renungan kita bersama. Sebagaimana momentum ramadhan yang memberikan harapan, kehidupan manusia setiap waktu berjalan dan digerakkan oleh harapan-harapan manusia itu sendiri. Akan begitu banyak harapan yang muncul tetapi kita dapat membagi harapan-harapan itu bisa kita bagi menjadi dua, yaitu harapan manusia akan kehidupan dunia dan harapan manusia akan kehidupan akhirat.

Sebagai seorang mukmin yang memahami hakikat perjalanan kehidupannya, bahwa hidupnya di dunia bagaikan rangkaian dari sebuah perjalanan menuju suatu tempat itulah kehidupan akhirat. Bagai suatu tempat persinggahan,ada saatnya mendatangi tempat ini namun ada saatnya kelak akan meninggalkan tempat ini pula. Tempat persinggahan ini hanya sekedar tempat untuk mengumpulkan bekal agar dapat sampai ke tempat tujuan.

Dengan demikian perjalanan hidup seorang mukmin digerakkan oleh harapan akan rahmat Allah berupa kebahagiaan abadi di akhirat yang kemudiaan menjadi ukuran keduniaannya adalah taqwa. Seorang mukmin dengan sepenuh iman dan kesungguhan berusaha mewujudkan harapannya. Upaya itu dalam hal agar senantiasa dapat istiqomah/konsisten dalam keimanan serta dapat senantiasa berkarya dan berkontribusi melalui amal shalih yang tercermin melalui perbaikan hidup secara berkesinambungan, hari esok lebih baik dari hari kemarin, menuju kepada pencapaian kesempurnaan hidup di dunia, itulah taqwa agar dapat sampai kepada tujuan perjalanan hidup yang hakiki, itulah kehidupan akhirat. Hanya bagi orang-rang yang senantiasa berharap dan bersungguh-sungguh yang akan mendapatkan yang diharapkannya.

Readmore »»

Demi Masa

Detik-Detik Berharga

Pesan Pejuang Kehidupan

Assalamualaikum. Ahlan Wa Sahlan di Blog Catatan Pejuang Kehidupan. Silahkan Beri Kesan & Pesan. Terima Kasih Atas Kunjungannya

Buku Tamu

Blog Statistic

Follower Blog

Pengunjung Blog